Minggu, 19 Juli 2020

Pentingnya Manajemen Mutu pada Proyek

Saat uji kompetensi Ahli Manajemen Proyek untuk Tingkat Muda, saya ditanya oleh assesor dari LPJK Sumsel, bagaimana seandainya bahan/ kualitas material tidak memenuhi mutu untuk proyek yang ada jalani ? apa yang anda lakukan ?

Pertanyaan ini sulit untuk dijawab saat kita berposisi sebagai penyedia barang/jasa, namun akan gampang dijawab saat kita berposisi sebagai pengguna barang/ jasa heheh

Saya dengan tegas menjawab bahwa mutu itu adalah harga mati ! 

sebuah keharusan yang harus dipenuhi dalam janji seorang penyedia barang/jasa kepada pengguna barang/ jasa karena hal itu merupakan komitmen yang tertuang dengan jelas di kontrak (jika disebutkan standar mutu yang harus dicapai)



Maka saya menyampaikan perlu kita telusuri di sekitar lokasi project dimana sumber material yang dapat memenuhi kriteria mutu tersebut, harus kita dapatkan, meskipun membutuhkan ongkos yang sedikit lebih mahal ketimbang mengambil material yang tidak memenuhi mutu, tetapi pemenuhan mutu mutlak harus terpenuhi dalam kriteria manajemen proyek konstruksi.

Berbicara soal manajemen mutu, tentu kita harus punya kesepakatan, kejelasan dan lingkup mutu yang dimaksud. Untuk kriteria umum mutu, tentu jika dalam proyek konstruksi (bangunan) adalah kekuatan material itu sendiri, jika bangunan itu berupa beton tentu (fc) jika di SNI kan beton mutu K-Berapa yang harus terpenuhi, tentunya harus didukung dengan perencanaan beton yang terkontrol : mulai dari pemilihan agregrat, kadar lumpur pasir, type semen, jumlah rasio air semua ada petunjuk standar mencapai mutu beton yang direncanakan.

Kita tahu untuk mencapai kapasitas penampang yang direncanakan, beton harus ditopang dengan pemilihan baja tulangan, bagaimana pengendalian itu berupa pengukuran diameter sesuai soft drawing dan pengujian kuat tarik menjadi bagian dari manajemen mutu proyek konstruksi.

Tentunya mutu tidaklah mutlak tepat sesuai rencana yang diharapkan, namun harus memenuhi batas/toleransi yang ditetapkan, sehingga ada rentang diterimanya hasil pengukuran mutu tersebut.

Dalam proyek konstruksi ketenagalistrikan misalnya, tidak hanya berurusan pada bangunan sipil saja mutu yang harus dicapai oleh penyedia barang/jasa, karena merupakan bangunan yang kompleks maka bentuk pengujian sisi elektrical juga harus terpenuhi. Misalkan kriteria pemenuhan mutu Transformator Tenaga untuk Proyek Pembangunan Gardu Induk, kriteria pengujian mutu berupa output yang harus tercapai dari trafo tadi dalam FAT (Factory Acceptance Test) , pengujian tersebut berupa :

- No load losses 
- Load losses
- Cooling fan loss

Sehingga tidak akan diterima produk tersebut dilapangan jika saat di pabrik saja kriteria tersebut tidak terpenuhi, dan harus dilakukan perbaikan dan uji ulang untuk mendapatkan mutu yang ditentukan dalam kontrak. Kalau ternyata pabrik nya gak perform dan tidak mencapai mutu bagaimana ? 
ya sesuai dengan kontrak, maka barang tersebut akan dikenakan denda performance.

Untuk sekelas pabrik saja, kadang mutu pun kadang masih belum dapat terpenuhi, bagaimana terhadap cast in situ (cor ditempat untuk beton), tentu akan menjadi tantangan tersendiri.

Sebenarnya, jika kita "Komitmen" terhadap alur proses, maka pemenuhan mutu tadi dapat tercapai : 



Seperti hal nya sistem diatas, maka mutu (output) adalah berupa " input"  yang kita masuk kan kedalam sebuah "fungsi", dimana parameter fungsi dapat dipengaruhi dari sejauh mana pengendalian proses dan kepatuhan dalam memenuhi mekanisme yang dijalankan.

Untuk itulah penting bagi penyedia barang/jasa pada proyek konstruksi membangun sebuah sistem manajemen untuk memenuhi "Standar Mutu" dalam barang/jasa  yang dijanjikan tadi. Kita mengenal International Organization of Standarization  (ISO) 9000 sebagai Standar Manajemen Mutu. 

Bagi rekan - rekan penyedia barang/jasa maupun pengguna barang/ jasa, saya merekomendasi untuk membaca buku yang saya punya, meski kuno, namun menurut saya kaidah nya masih relevan untuk menjadi referensi pemenuhan mutu pada proyek konstruksi. Buku tersebut adalah 


Sejauh ini menurut saya buku nya spesifik untuk pemenuhan Mutu pada Proyek konstruksi.

Secara umum, kaidah pemenuhan manajemen mutu adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan Mutu
2. Pedoman Mutu
3. Prosedur Mutu
4. Perencanaan Mutu
5. Catatan/Record Mutu

Sehingga yang paling berperan awal dalam memastikan Manajemen Mutu adalah Top Manajemen itu sendiri, karena mereka lah yang bertanggung Jawab terhadap pemenuhan mutu. Untuk itulah membangun Sistem Manajemen Mutu haruslah dimulai dari kebijakan perusahaan sendiri. Dan setelah nya harus ditopang dengan sumberdaya yang kompeten untuk mendukung kebijakan tersebut.

Jika sudah punya ISO 9000 untuk Manajemen Mutu, apakah menjamin produk yang dihasilkan bermutu ?

ini pertanyaan sulit memang karena dibeberapa kasus ternyata mutu tidak tercapai ,namun jika mereka benar benar melaksanakan pedoman manajemen mutu, maka secara kaidah/kewajaran mutu dapat tercapai, untuk itu terhadap sistem pemenuhan manajemen mutu yang telah dijalani harus dilakukan koreksi, kenapa mutu tersebut belum dapat tercapai. Selama mutu masih dalam rentang/range yang diterima, maka secara umum mutu tersebut terpenuhi.

Apa manfaat ISO 9000 terhadap perusahaan yang memperoleh pengakuan tersebut ?

1. Citra positif / Kepercayaan dan Kepuasan 
2. Meningkatkan Daya saing
3. Meningkatkan produktivitas dan kualitas
4. Lambang budaya perusahaan

Dalam PMBOK, Manajemen mutu merupakan cabang ilmu yang harus dan mutlak dikuasai seorang manajer proyek, sebagaimana diagram berikut :













ada lima tingkatan manajemen mutu yang efektif sebagai berikut :

1. biasanya, pendekatan yang paling mahal adalah untuk membiarkan pelanggan menemukan cacat.
2. Mendeteksi dan memperbaiki cacat sebelum hasil dikirim ke pelanggan sebagai bagian dari proses pengendalian mutu.
3. Gunakan kepastian mutu untuk memeriksa dan memperbaiki proses itu sendiri dan bukan hanya cacat khusus.
4. menggabungkan mutu kedalam perancangan proyek dan produk
5. Menciptakan Budaya diseluruh organisasi untuk sadar dan komitmen tentang mutu dalam proses dan produk.

Yang menarik dalam PMBOK, kita diajarkan bagaimana menganalisis permasalahan tidak terpenuhinya mutu dengan menggunakan analisis fish bone sebagai berikut :


Bagaimana kita menganalisis apa kekurangan kita :
- Manusia
- Material
- Proses
- Lingkungan
- Manajemen 
- Peralatan

Sehingga dengannya kita dapat mengoreksi pada proses manakah kita butuh dilakukan perbaikan



0 komentar:

Posting Komentar